Pink aurora,
itu kan yang kau pinta.
secarik kertas buram;
yang mungkin dapat deskripsikan sedikit semu,
ya, semu.
atau tegasnya kamu.
maaf jika aku salah kaprah,
aku hanya ingin tunaikan saja.
apa yang pernah terucap tak dapat terbantah.
hahaha, terlalu panjang prolognya.
oke, baiklah.
PINK AURORA, manis warnamu, manis lakumu,
sayang tak semanis kisahmu, (maaf bila aku salah menilaimu).
kau gadis dengan seribu tanda tanya.
seribu riang kau tebar diselaksa suasana,
namun tak menutupi pilu yang aku rasa, (lagi-lagi aku sok tau).
PINK AURORA, aku ingin bicara.
adakah sesuatu antara kita?
atau hanya sebuah kebetulan yang nyata.
sunyi menghadirkan kita.
Meratap sendu di matamu.
Ilusikan potret buram sakit di dadamu.
Raut wajah yang kamu balut senyum.
Antarkan aku pada semu ceria.
Nanti pada waktunya pasti datang.
Tangis ikhlas akan semua.
Izinkan aku yang membasuh peluh itu.
hahaha, semua seakan terlalu dipaksakan.
PINK AURORA,
aku tak punya cukup kata gambarkan kompleks dirimu.
yang ada hanya rasa yang tertahan.
tebal tanya selimutiku.
ribuan melekat tak mau pergi!
PINK AURORA,
semoga kau baik-baik saja.
dan di ujung sana seorang khalifah menunggumu.
dia yang akan menuntunmu menuju sesuatu yang nyata.
KEBAHAGIAAN!!!
karena kamu memang pantas mendapatnya.
just come with me...
Selasa, 19 November 2013
Kamis, 09 Mei 2013
Coretan Tandus
Dan sekali lagi kugunakan tiket ke alam itu.
Haruskah membunuh sepi dengan cara ini?!
Mencari kesunyian usang.
Kawan,
Sahabat?!
Dua bola mataku berakar,
seakan ingin dilontarkan merah yang mmbara.
Kuratapi sayu dua wajah bisu,
Di mana salah satunya adalah aku.
Aku kembangkan dialog tanda tanya.
Siapa kamu?!
Memandangku iri, dengki dengan senyum menggoda.
Sesosok anggun dengan sepasang tanduk,
dan sayap putihnya.
Haruskah membunuh sepi dengan cara ini?!
Mencari kesunyian usang.
Kawan,
Sahabat?!
Dua bola mataku berakar,
seakan ingin dilontarkan merah yang mmbara.
Kuratapi sayu dua wajah bisu,
Di mana salah satunya adalah aku.
Aku kembangkan dialog tanda tanya.
Siapa kamu?!
Memandangku iri, dengki dengan senyum menggoda.
Sesosok anggun dengan sepasang tanduk,
dan sayap putihnya.
Rabu, 13 Maret 2013
Coretan Tandus
Dan sekali lagi kugunakan tiket ke alam itu.
Haruskah membunuh sepi dengan cara ini?!
Mencari kesunyian usang.
Kawan,
Sahabat?!
Dua bola mataku berakar,
seakan ingin dilontarkan merah yang mmbara.
Kuratapi sayu dua wajah bisu,
Di mana salah satunya adalah aku.
Aku kembangkan dialog tanda tanya.
Siapa kamu?!
Memandangku iri, dengki dengan senyum menggoda.
Sesosok anggun dengan sepasang tanduk,
dan sayap putihnya.
Resah
berdarah,
di sini mengais seiring derai sampai habis.
berpeluh pasrah,
di ujung nyaris sesudut tangis.
beranjak menuai islah,
dalam magis gegaris.
beradu rindu senyum ricuh,
sinis.
aku tak tahu jalan pulang!
di sini mengais seiring derai sampai habis.
berpeluh pasrah,
di ujung nyaris sesudut tangis.
beranjak menuai islah,
dalam magis gegaris.
beradu rindu senyum ricuh,
sinis.
aku tak tahu jalan pulang!
Kamis, 15 November 2012
Ketika Tidak Ada Kita
Ketika tidak ada kita,
Semua biasa saja,
hitam putih tampak nyata.
Ketika tidak ada kita,
Ranum senja biasa saja,
Memaparkan jingga di tepian mata.
Ketika tak ada kita,
Hidupku biasa saja,
Sedikit canda tawa, tanpa air mata.
Ketika tidak ada kita,
Hidupmu pun biasa saja,
Terkadang sendu tak terarah.
Ketika tidak ada kita,
Semua kembali biasa.
Lalu...
Kenapa harus tidak ada kita?!
Jumat, 11 Mei 2012
Mereka Bilang Cinta (terinspirasi oleh Anggi Siregar)
Mereka bilang cinta?!
atau...
mereka hanya sekadar cuap-cuap saja.
tau apa mereka tentang cinta!
satu kata yang dapat berbuah hitam-manis dunia.
dulu aku pernah mengenalnya,
ya dulu, bertahun yang lalu.
saat itu aku masih ibarat kumbang belajar terbang.
ku hisap manis madu sari bunga.
namun aku lupa indahnya.
ketika rapuh sayapku terkoyak congkaknya duri asmara.
mereka bilang cinta.
kau harus bangkit lagi "katanya"
bangkit?!
mengapa?!
apakah aku sedang terkapar merana?!
aku merasa baik-baik saja.
aku masih bisa tertawa, terbahak bahkan.
memang aku sudah lupa rasanya.
menangis pun sama saja.
mungkin lebih baik seperti ini.
membiarkannya membatu,
atau bahkan menempanya lebih keras lagi.
biar hancur saja sekalian!
meraka bilang cinta?!
apa meraka sudah tahu rasanya?
buah setan yang selalu mengubah warna.
atau...
mereka hanya sekadar cuap-cuap saja.
tau apa mereka tentang cinta!
satu kata yang dapat berbuah hitam-manis dunia.
dulu aku pernah mengenalnya,
ya dulu, bertahun yang lalu.
saat itu aku masih ibarat kumbang belajar terbang.
ku hisap manis madu sari bunga.
namun aku lupa indahnya.
ketika rapuh sayapku terkoyak congkaknya duri asmara.
mereka bilang cinta.
kau harus bangkit lagi "katanya"
bangkit?!
mengapa?!
apakah aku sedang terkapar merana?!
aku merasa baik-baik saja.
aku masih bisa tertawa, terbahak bahkan.
memang aku sudah lupa rasanya.
menangis pun sama saja.
mungkin lebih baik seperti ini.
membiarkannya membatu,
atau bahkan menempanya lebih keras lagi.
biar hancur saja sekalian!
meraka bilang cinta?!
apa meraka sudah tahu rasanya?
buah setan yang selalu mengubah warna.
Jumat, 24 Juni 2011
kertas buram,
engkau memang sahabatku, setia menampung resah dan kesahku. jarang aku membagi ria denganmu. Ya, semua karena keegoisanku. kisah indah hanya untukku. bila datang gundah, aku pun kembali mengadu. karena hanya engkau yang sanggup menjaga aibku. kemana aku jika merdeka?! melupakanmu, mebiarkanmu berserak di lantai kamarku yang kumuh. menyandingkanmu dengan abu rokok dan kaleng-kaleng bir sisa semalam.
kali ini aku datang lagi padamu. namun aku enggang bercerita tentang kisah ini. bukan karena aku mulai menghargaimu, hanya saja aku tak mengerti lagi mengungkap padamu dan pasti nasibnya sama seperti lebaran sebelumnya; tergumal dan tersusun di bak sampah.
kali ini aku datang lagi padamu. namun aku enggang bercerita tentang kisah ini. bukan karena aku mulai menghargaimu, hanya saja aku tak mengerti lagi mengungkap padamu dan pasti nasibnya sama seperti lebaran sebelumnya; tergumal dan tersusun di bak sampah.
kamu
malam seakin larut, purnama sudah pada puncaknya.
aku masih termangu di sini, menatap jauh menyusuri kisah usang.
cerita yang mana?!
hmm,, mungkin sama saja.
semua sudah terlewati.
sedang batinku terpatri di sini.
di antara gerutu penuh ironi.
sejenak alam mengajarkkan aku hakekat waktu.
tak ada siang yang selalu,
begitu pun petang pasti berlalu.
senja datang dengan rona yang merah,
tergantikan pekat yang mangajak rebah.
aku masih termangu di sini, menatap jauh menyusuri kisah usang.
cerita yang mana?!
hmm,, mungkin sama saja.
semua sudah terlewati.
sedang batinku terpatri di sini.
di antara gerutu penuh ironi.
sejenak alam mengajarkkan aku hakekat waktu.
tak ada siang yang selalu,
begitu pun petang pasti berlalu.
senja datang dengan rona yang merah,
tergantikan pekat yang mangajak rebah.
Langganan:
Postingan (Atom)