aku yang hina mengais-ngais hari tuk lontarkan maaf.
melukis malam dalam kertas buram,
membodohi diri dengan segumpal rasa dalam kata
dan mengapa ia tak juga mengerti.
perjalanan ini harus segera diakhiri,
atau semakin hari semakin tebal balutan sesal.
dan mengapa ia tak juga mengerti.
semua sudah ku sodorkan untuknya,
seperti proposal tuk sidang dewan guru.
dan mengapa ia tak juga mau mengerti.
ini tak baik!
untukmu,
untukku.
lalu mengapa tak kau padamkan lilin agar lelap bisa menjemputmu.
aku tak mau membuatmu terbakar.
janganlah membuat ini semakin sukar.
aku mudah sekali gusar.
argh..,,
mungkin tak akan cukup waktu,
tak akan ada lagi kata.
aku menyesal..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar