Dan pikiranku masih bisa mengembara,
mencari kebebasan yang lebih nyata.
Mengapa harus ini yang terjadi?
Jiwaku terpenjara entah di mana.
Terkunci dinding tebal yang tak bisa aku runtuhkan.
Aku tak lebih dari seekor kerbau namun lebih dungu lagi.
Yang aku tahu hanya rentetan waktu menghakimiku,
Paparkan segudang gundah, biasan laku laknat; protesku pada
Keadaan,.
Bisu!
Dan akhirnya angan hanya tertuju pada kalimat yang tercetak pada
Kitab-kitab suci para nabi yang tetap ku pungkiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar